Singkat Cerita dari Sang Nona: 2009

Narkoba? Jangan didekati atau mati!

Narkoba yang saya maksud disini tentunya bukan ‘Narik Kolor Mba-mba’, melainkan jauh lebih berbahaya dari itu. Narkoba atau narkotik dan obat terlarang lainnya merupakan suatu zat adiktif yang berbahaya bagi tubuh manusia. Selain berbahaya, narkoba juga bertentangan dengan ajaran agama. Jadi memang tidak ada alasan untuk bergaul akrab dengan narkoba, seperti mengonsumsi atau bahkan mengedarkan. Di bawah ini ada sajak singkat dari saya, mudah-mudahan bermanfaat..

Narkoba..
Narkoba jangan dicoba
Karena narkoba tidak mendatangkan laba..

Narkoba bukan untuk diraba
Terutama untuk anak usia pancaroba..

KATAKAN TIDAK PADA NARKOBA! Karena generasi muda adalah awal dari kebangkitan bangsa, hindarkan anak-anak di sekitar kita dari narkoba! Save our children! :D

Beberapa waktu belakangan ini adalah waktu-waktu dimana saya melihat kejatuhan saya dengan mata kepala sendiri. Lebih spesifiknya kejatuhan nilai. Perlu diakui kejatuhan ini bukan karena suatu hal yang ajaib dan tiba-tiba. Ini semua terjadi ya atas dasar upaya yang sudah saya lakukan selama ini.
Sedih rasanya jika dipikirkan (mulai dangdut deh..), tapi ya mau bagaimana lagi?
Saya punya cerita tentang pengalaman teman saya tentang kejatuhan, tepatnya kecelakaan yang menjatuhkan (apalah bedanya? hehehe). Jadi teman saya, sebutlah namanya A (mulai seperti poskota, ups gak boleh sebut merk) dia punya masalah dengan seorang dosen. A terlambat datang saat ujian mata kuliah yang dipegang si dosen, sementara bobot nilai dari ujian itu sangat berpengaruh pada presentasi nilai akhir. Yah intinya, jika ujian tersebut tidak ada nilainya berarti sama saja dengan tidak lulus.
Singkat cerita, A membulatkan tekad untuk masuk ke ruang ujian walaupun sudah terlambat satu jam karena pada saat jam kuliah si dosen sudah mengumumkan bahwa tidak akan ada ujian susulan dengan alasan apapun. Sampai di ruangan butuh waktu 10 menit untuk meyakinkan hati si dosen dengan berbagai alasan agar A dan dua orang lainnya yang telat diijikan mengerjakan ujian. (padahal ya di kelas saya, ada yg terlambat satu setengah jam dan diijinkan saja, malah diberi waktu tambahan) Sialnya, beberapa menit kemudian si dosen seperti berubah pikiran lalu berkata "Tapi saya tidak menjamin ujian kalian saya periksa ya". What a bad deal!
Seusai ujian, A dan 2 orang lainnya bercakap-cakap. Kaget lah A setelah tahu salah seorang dari temannya yang terlambat ternyata mahasiswa yang sudah 2 tahun mengulang mata kuliah yang sama dengan dosen yang sama pula. A mulai bersugesti bahwa ketidaklulusan yang dialami teman terlambatnya itu bisa saja menimpa dirinya. Lalu A mulai pusing dan kalang kabut mencari cara untuk merayu hati si dosen. Bagaimana tidak, mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah umum dan tidak begitu terkait dengan keilmuan yang diambil A. Mengulang? Ah tidak!
Setelah waktu percakapan tersebut, A langsung berniat untuk mendatangi si dosen. Kurang lebih baru lewat 3 jam dari ujian selesai, tetapi si dosen sudah pulang. 3 hari berturut-turut A selalu mendatangi ruangan si dosen, namun apa boleh buat si dosen tidak pernah bisa ditemui.
A mulai frustasi. Saya coba memberi saran agar dia berdiskusi dengan pembimbing akademiknya yang kurang lebih kan sudah berpengalaman. A mengikuti saran saya.
Nah bagian ini yang menarik! :) (maaf ya agak lama intronya)

Biasanya orang yang dimintai pendapat mengenai kejatuhan atau setidaknya kecelakaan yang membuat sial selalu memberikan penghiburan atau memaparkan kemungkinan adanya keajaiban yang membuat rasa sakit dari kejatuhan itu sedikit hilang. Tapi si pembimbing malah berkata "Yang sabar ya nak. Kalo gak lulus kan bisa ulang tahun depan, yang penting kamu mengambil hikmah dari kejadian ini." Menurut saya itu kata-kata yang mengagetkan untuk seorang mahasiswa tingkat pertama yang walaupun orang-orang bilang sudah dewasa tapi ya tetap saja masih mental SMA.

Si pembimbing bercerita akan kisahnya yang tidak lulus beberapa mata kuliah saat dia masih di semester awal. Tapi dengan sabarnya dia mengulang beberapa mata kuliah tersebut, ingat beberapa! Dia bilang dia mencoba mengambil hikmah dari semua yang telah dia dapat. Dia merasa kegagalan tersebut memang pantas dia dapatkan kerna itu semua merupakan hasil dari usaha yang selama itu dia tempuh.

Selanjutnya hal yang sebenarnya biasa saja tapi menurut saya inilah the most motivated quote from him : saat dimana saya gagal itulah awal dari kebangkitan saya. Mulai saat itu saya sadar bahwa kesuksesan itu harus dikejar. Kalau saat itu saya tidak gagal saya rasa saya tidak akan sampai menuntut ilmu ke Perancis sampai saat ini.

Memang benar. Nampaknya mulai saat itu si pembimbing akademik mulai semakin serius dalam belajar. Prestasi yang dia capai saat ini menurut saya sungguh sangat gemilang. Dia merupakan salah satu dosen yang bergelar DEA dan dia mempunyai objekan berupa bisnis di bidang industri pangan yang menurut saya inovatif (yah dibanding beberapa dosen yang lain yang malah ngobjek dengan mencari uang tambahan dengan memasukkan mahasiswa dari jalur belakang).

Sekedar informasi, si pembimbing akademik ini juga seorang lulusan dari program studi yang saya dan si A ambil. Dia merupakan salah satu dari sekian dosen yang menurut saya karir penelitiannya gemilang namun tetap jadi pendidik berkualitas yang senantiasa membagi ilmunya bagi kami semua mahasiswa sekaligus juniornya.

Yah, saya benar-benar merasa didewasakan setelah mendengar cerita teman saya, terutama pengalaman pembimbing akademik dia. Tapi tentunya saya tidak akan hanya merasa tapi benar-benar menjadi apabila saya menerapkannya sendiri dalam kehidupan saya. Kegagalan bukan untuk disembunyikan, bukan untuk diratapi, dan bukan untuk disesali. Ketika manusia gagal, dia harus sadar bahwa ketika itu juga dia harus bangun dari sesalnya.

Melihat nilai-nilai saya semester ini sungguh membuat saya tertawa sedih. Tertawa karena mau diratapi juga tidak akan berubah. Hahaha, bye bye cum laude! Itulah yang sempat ada di pikiran saya. Namun benar saja kata si pembimbing akademik, mungkin ini harus menjadi awal dari kebangkitan saya. Kalau saya tidak pernah jatuh, saya tidak akan mensyukuri betapa nyamannya berada di atas. Terima kasih untuk teman yang telah membagi ceritamu, dan terima kasih untuk bapak pembimbing akademik (lulusan perancis loh hahaha :D)!